Rumah Murah Tak Dibangun di Jabodetabek

JAKARTA,Okezone.com - Perum Perumnas tidak akan mengadakan pembangunan rumah murah di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Direktur Utama Perum Perumnas Himawan Arief Sugonto menjelaskan, jika Perumnas akan lebih fokus pada optimalisasi rumah susun (Rusun) ketimbang mengadakan pembangunan rumah murah di daerah Jabodetabek.

Himawan menjelaskan, pembangunan rumah sederhana akan sulit dilakukan karena terbatasnya ruang di wilayah tersebut.

"Untuk program rumah seperti itu Jabodetabek agak sulit, karena masalahnya nanti kalau terbatasnya ruang. Mungkin Jakarta tetap mengutamakan bagaimana mengoptimalkan okupansi rusun yang ada," ungkap Himawan kala ditemui di Kantor Menko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Rabu (2/3/2011).

Adapun bentuk dari rumah murah ini adalah tipe 36 dengan ukuran sembilan meter per jiwa. "Spesifikasi umumnya kita ukur sembilan meter per jiwa, jadi kurang lebih masih dalam konsep tipe 36, karena berdasarkan UU PKP yang sekarang rumah itu untuk kelayakan adalah tipe 36 m2 untuk rumah kategori III dan IV," tambahnya.

Namun demikian Himawan menjelaskan belum mengetahui berapa ketentuan Public Service Obligation (PSO) akan tetapi dirinya mengakui jika PSO-nya tentu akan lebih besar.

"Belum tahu (PSO), yang jelas kami sudah usulkan kalau yang kemarin belum ditambah program on top ini, kemarin (2010) kalau enggak salah sekira Rp430 miliar, mungkin kalau ada tambahan ini, itu pun konsep kita kemaren Rp27 ribu apa Rp30 ribuan, tapi kalau dinaikkan jadi Rp100 ribu, tentu alokasi PSO-nya akan lebih besar," ujar Himawan.(ade)

Bisnis Korporat Industri Finansial Market Data Bumi Minerals Lunasi Sebagian Besar Utang

Dengan konversi fasilitas MCN, kepemilikan Bumi di Bumi Minerals Resources jadi 87 persen.

VIVAnews - Manajemen PT Bumi Resources Tbk (BUMI) segera mengkonversikan fasilitas mandatory convertible note (MCN) sebesar Rp4,95 triliun atau sekitar US$546 juta menjadi kepemilikan ekuitas di anak usaha, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), pada harga Rp670 per saham.

Untuk itu, Bumi Resources Minerals menerbitkan 7,4 miliar saham baru atas nama Bumi Resources guna pelunasan MCN tersebut.

"Pada Desember 2010, kami menggunakan sebagian dana hasil penawaran umum perdana untuk melunasi fasilitas pinjaman sebesar US$148 juta dari Bright Ventures Pte Ltd," kata Direktur Utama Bumi Resources Minerals, Kenneth Farrell, dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews.com di Jakarta, Rabu 9 Maret 2011.

Untuk itu, menurut dia, pelunasan fasilitas MCN sebesar US$546 juta tersebut akan dapat memperbaiki rasio utang terhadap modal perusahaan menjadi 0,1 kali. "Saat ini, Bumi Resources Minerals dioperasikan dengan hampir tanpa pinjaman," ujarnya.

Direktur Keuangan Bumi Resources Minerals, Yuanita Rohali, menambahkan, pinjaman perseroan sebagian besar telah dilunasi, sehingga berdampak terhadap berkurangnya beban bunga secara keseluruhan. "Perusahaan kini dapat mengalokasikan tambahan arus kas untuk kegiatan operasional," ujar Yuanita.

Dengan dikonversikannya fasilitas MCN tersebut, kepemilikan Bumi Resources di Bumi Resources Minerals akan bertambah dari sekitar 82 persen menjadi 87 persen. Kepemilikan investor publik di bursa selanjutnya akan terdilusi dari 18 persen menjadi 13 persen.

Namun, apabila seluruh waran yang ada dikonversikan menjadi saham dalam 24 bulan ke depan, kepemilikan investor publik di bursa akan naik menjadi sekitar 20 persen. Sementara itu, kepemilikan Bumi Resources di Bumi Minerals Resources akan terdilusi menjadi sekitar 80 persen.

Bumi Resources Minerals diharapkan akan mendapatkan tambahan dana sebesar US$171 juta apabila keseluruhan waran yang ada dikonversikan menjadi saham di harga Rp700 per saham dari Juni 2011 hingga Desember 2012.
• VIVAnews

Harga Naik, Penjualan Lesu

JAKARTA, KOMPAS.com — Belakangan ini harga emas (logam mulia/LM) cenderung meningkat dan sempat mencapai level tertinggi sepanjang sejarah, yakni 1444,95 dollar AS per troy ounce pada Senin (7/3/2011) lalu. Kenaikan ini juga berlaku pada emas perhiasan.

”Emas perhiasan 24 karat itu Rp 407.000 per gram, sedangkan emas 22 karat Rp 285.000 belum termasuk ongkos (pembuatan),” kata Tanti, pemilik Toko Cakrakirana di sentra jual-beli emas Cikini, Jakarta, Rabu (9/3/2011).

Mengenai kondisi jual-beli emas, Tanti mengeluh perhiasannya tidak begitu laku sekarang ini, kecuali buat pernikahan. Adapun harga emas perhiasan, menurut Tanti, mengikuti harga LM karena bahan baku perhiasan dari LM.

”Yang jual lebih banyak. Kemarin, sekitar seminggu yang lalu, sampai Rp 409.000 per gram,” kata Tanti saat ditanya mengenai persentase konsumen yang jual dan beli.

Mengenai emas (LM) sebagai investasi, Fendi, pemilik Toko Mas Liberti, menyebutkan, harga LM hari ini mencapai Rp 410.000 per gram. ”Oh, enggak mesti kadang dalam sehari enggak ada yang beli. Lebih banyak orang yang nanya aja. Di ANTM (PT Aneka Tambang Tbk) kosong yang kecil-kecil, seperti 5 gram, 10 gram, masih belum lancar, sedikit-sedikit. Yang sudah ada 100 gram,” kata Fendi kepada Kompas.com.

Mengenai dinar, investasi emas selain LM, Fendi menyebutkan, tokonya tidak menyediakan dinar. ”Dinar, saya enggak main, memang ada toko yang nyiapin. Susah carinya, enggak gampang ada, harus rajin nyari, itu kan barang yang udah lama beredar aja,” tuturnya sebagai alasan tokonya tidak menjual dinar.

Menurut dia, emas dalam bentuk perhiasan lebih banyak dicari dibandingkan LM. ”Perhiasan kan buat acara, kalau LM itu kan ada uang lebih buat ditabung”, katanya. Hal ini menjelaskan dari banyaknya pembeli, khususnya kaum wanita, yang terlihat membeli dan menjual emas perhiasannya.

"Oh, enggak kebetulan aja lagi beli, kebetulan lewat ada duit, dan sudah ada rencana. Perhiasan saja, bukan investasi,” kata seorang ibu yang tidak bersedia menyebutkan namanya.

Pilih Perhiasan, Logam Mulia atau Dinar?

JAKARTA, KOMPAS.com — Peningkatan harga emas belakangan ini yang dipacu oleh konflik di sejumlah negara di Timur Tengah dan Afrika Utara turut meningkatkan permintaan emas, khususnya logam mulia, sebagai investasi alternatif.

Harga emas cenderung meningkat dan sempat mencapai harga di level tertinggi sepanjang sejarah di harga 1.444,95 dollar AS per troy ounce, Senin (7/3/2011) lalu. "Emas itu uang yang tidak pernah bohong, dari jaman dulu sampai sekarang," kata Founder AG Golden Investment Club Ahmad Gozali ketika dihubungi Kompas.com Rabu (9/3/2011).

AG Golden Investment Club adalah sebuah komunitas investasi syariah di mana setiap member-nya bisa mendapatkan edukasi, saling memberikan informasi, dan bersama-sama mendapatkan akses yang lebih mudah (dan lebih murah) untuk melakukan investasi secara syariah.

Menurut Ahmad, emas punya kenaikan (harga) yang sangat tinggi, mencapai 20 persen dalam 5 tahun terakhir. Peningkatannya pun cukup konsisten. Terkait hal tersebut, emas lebih baik dari saham. "Ini lebih baik dari saham yang 2007 silam gila-gilaan, tapi 2008 anjlok," jelasnya untuk membandingkan konsistensi kenaikan antara emas dan saham dalam hal investasi.

Emas pun merupakan bentuk investasi tradisional dan merakyat."Siapa pun bisa membeli emas. Beli, simpan, didiamkan, naik sendiri (harganya)," jelasnya. Untuk berinvestasi emas pun tidak butuh belajar seperti halnya saham.

Mengenai bentuk investasi dalam emas, Ahmad menilai, LM dan dinar sebagai investasi yang efisien dibandingkan emas perhiasan. LM dan dinar bisa diperoleh di logam mulia salah satu unit usaha PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). "Namun, dinar masih jarang dijual di toko mas, seperti halnya LM atau perhiasan. Selain di Antam, dinar biasanya dijual di agen-agen tertentu dan kolektor," sebutnya.

Untuk diketahui, dinar itu merupakan koin emas yang dipakai sebagai mata uang seperti pada jaman Turki Usmaniyah. Beratnya 4,25 gram, dengan 22 karat, jelas Ahmad yang juga perencana perekonomian di Safir Senduk dan rekan. "Desainnya meniru uang jaman dulu sehingga ada unsur koleksi dan investasi," jelasnya.

Sama dengan LM, dinar pun memiliki standar pabrik dan dicetak di Antam. Bedanya dinar dengan LM, dinar hanya memiliki satu pecahan, sedangkan LM punya sejumlah pecahan.

Ahmad pun menyarankan, untuk investasi kecil-kecilan lebih baik beli dinar, sedangkan LM untuk investasi skala besar. Karena memiliki standar pabrik yang sama, harga jual-belinya pun sama antartoko.

Beda dengan perhiasan, karena ada nilai seninya, harga pun beda antartoko. Maka, perhiasan kurang efisien untuk investasi. Untuk prospek ke depan, Ahmad menilai grafik kenaikan LM dan dinar sama-sama 10 persen. Sedangkan, perhiasan beda karena biasanya tidak mengikuti harga pasar, jelas Ahmad yang kurang mengetahui secara detail mengenai bagaimana harga emas perhiasan terbentuk.