Bisnis.Com - Bisnis Indonesia Online: Referensi Bisnis Terpercaya » Keuangan » Ekonomi Makro » Indeks keyakinan konsumen menurun

Bisnis.Com - Bisnis Indonesia Online: Referensi Bisnis Terpercaya » Keuangan » Ekonomi Makro » Indeks keyakinan konsumen menurun: "Jumat, 09/10/2009 15:10 WIB
Indeks keyakinan konsumen menurun
oleh : Achmad Aris
Cetak Kirim ke Teman Komentar
JAKARTA (bisnis.com): Kepercayaan masyarakat terhadap kondisi perekonomian nasional kembali menurun akibat rencana pemerintah menaikkan tarif jalan tol dan tarif dasar listrik.

Hal itu terungkap dalam hasil survei terhadap indeks keyakinan konsumen (IKK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada September 2009. Hasil survei menunjukkan IKK turun pada September menjadi 110,8 atau 3,5 poin dibandingkan dengan hasil survei bulan sebelumnya.

'Rencana pemerintah menaikkan beberapa tarif seperti tarif jalan tol dan tarif dasar listrik ditengarai sebagai penyebab menurunnya optimisme responden,' ungkap hasil survei itu yang dikutip Bisnis dari situs resmi BI hari ini.

Kendati demikian, level IKK itu masih berada pada level optimis karena masih di atas 100. Menurunnya tingkat keyakinan konsumen tersebut disebabkan berkurangnya tingkat optimisme responden terhadap kondisi ekonomi saat ini (IKE) yang merosot ke level pesimis dengan indeks 96,6 atau turun 3,9 poin.

Selain itu, berkurangnya optimisme responden juga didorong oleh berkurangnya optimisme responden terhadap kondisi perekonomian pada 6 bulan mendatang sebesar 3,1 poin.

Survei IKK merupakan survei bulanan yang dilakukan BI terhadap leibih 4.600 rumah tangga sebagai responden di 18 kota besar. Jika indeks di atas 100 berarti optimis, sebaliknya di bawah 100 berarti pesimis. (tw)"

Omzet Belanja Iklan Tembus Rp 57 Triliun - Yahoo! Indonesia News

Omzet Belanja Iklan Tembus Rp 57 Triliun - Yahoo! Indonesia News: "Omzet Belanja Iklan Tembus Rp 57 Triliun
By Hadi Suprapto, Elly Setyo Rini - Jumat, Oktober 9KirimKirim via YMCetak
Perempuan berjilbab di depan iklan kecantikan
VIVAnews - Omzet belanja iklan dalam negeri diprediksi akan menembus Rp 57 triliun hingga akhir 2009. Pencapaian tersebut meningkat 17 persen dibandingkan tahun lalu.
'Belanja iklan partai politik menjadi pemicu utama karena bertepatan dengan pemilihan umum,' kata Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Harris Thajeb di Jakarta, Kamis, 8 Oktober 2009.
Namun, dia menambahkan, dengan kondisi seperti ini, bukan berarti pencapaian tahun depan bakal melambat. Sebab, belanja iklan sektor telekomunikasi, otomotif, lembaga pemerintahan, serta produk-produk kosmetik dan perawatan masih mendominasi.
'Kami perkirakan, tahun depan bisnis periklanan nasional bisa tumbuh 10 - 15 persen,' kata dia.
Industri periklanan nasional sempat menikmati masa kejayaan pada 2001-2002 dengan pertumbuhan mencapai 28-30 persen. Namun, sejak 2004-2005, industri ini mengalami perlambatan dengan hanya bertumbuh 12-15 persen. 'Itu karena ekspansi era digital,' ujarnya.
Saat itu, konsumen mulai jarang menyaksikan televisi dan mulai beralih ke koneksi internet. Era digital disebut lebih murah dari segi biaya sehingga menciptakan ketertarikan tersendiri.
Namun, Harris tetap optimistis beriklan di televisi masih memberikan dampak dominan untuk promosi ketimbang di internet.
Selain itu, dia menambahkan, guna mendorong pertumbuhan bisnis, pelaku industri periklanan aktif berekspansi ke daerah dengan menggandeng perusahaan lokal. Daerah yang pertumbuhan bisnis periklanannya potensial adalah Surabaya, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Sumatera Barat.
hadi.suprapto@vivanews.com"